IrmaKamaruddin | update: 19 Des 2010 @ 20.50 | 0 comments
Marry Me, Mary! / Mary Stayed Out All Night episode 3 part 2
Mu Gyul sampai di tempat tinggalnya, ia kelelahan kemudian merebahkan diri di atas kasur. Mu Gyul melihat ke arah studio kecilnya, lalu Mu Gyul bangkit dan segera menyalakan peralatan di studio. Ia akan membuat sebuah lagu. Beberapa lama kemudian, Mu Gyul merasa kelelahan, ia meregangkan badanya. Laluuuuu...
Mu Gyul teringat Mae Ri. Ia teringat kata-kata Mae Ri.
"Jadi, Jenis musik apa yang ingin kau mainkan?" tanya Mae Ri.
"Sesuatu yang tidak memiliki unsur kebohongan." Jawab Mu Gyul.
"Sesuatu yang jujur? Seperti jenis musik yang memiliki unsur emosi yang murni?" ujar Mae Ri seraya tersenyum.
Seperti mendapat motivasi baru, Mu Gyul yang tadinya kelelahan sekarang menjadi sangat bersemangat. Ia kembali ke dalam kegiatannya mengarang lagu. Semangat oppa!
Pagi harinya di kamar Mae Ri. Ayah Mae Ri mengganti urutan 100 hari persetujuan yang di tempel di dinding. Mae Ri terbangun dengan kepala yang sakit.
"Hey, Wi Mae Ri. Sampai kapan kau akan terlibat masalah seperti ini?
"Aku tidak akan mabuk lagi. Aku berjanji, ayah." Mae Ri berjanji.
"Bagaimana bisa kau kembali ke tempat pria itu?" tanya Ayah Mae Ri dengan kesal. "Aku benar-benar tidak akan melepaskannya."
"Tidak, ayah. Tidak." cegah Mae Ri. "Dia tidak akan membuat kesalahan."
"Bagaimana bisa kau masih berpihak pada pria itu? Kau gila?" Ayah Mae Ri memukul Mae Ri. Hal itu membuat Mae Ri mual, ia akan muntah.
"Yah, yah.. Mae Ri Yah, kau baik-baik saja?" Ayah panik.
"Tidak, ayah. Hentikan." Jawab Mae Ri seraya menutup mulutnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya ayah.
"Aku rasa aku akan mati, ayah." jawab Mae Ri sedih.
"Ah, coba ini sedikit saja.....coba ini sedikit, tak apa-apa dengan rasa sakit perutmu itu." Ayah Mae Ri menyuapkan sup buatannya.
"Aaahh.. Benar! Aku memang orang tua tunggal dan sampai saat ini aku masih harus membuatkan sup untuk putriku yang mabuk!" Ayah Mae Ri kesal, ia membanting sendok yang ia pegang.
"Maafkan aku ayah." Mae Ri menyesal.
"Berhenti untuk menemui pria itu, mulai dari sekarang!" seru Ayah Mae Ri. "Bagaimana bisa kau akan menikahi pria bodoh itu?"
"Selamat tinggal 100 hari ketetapan!" ucap Mae Ri seraya berbaring.
"Ah, tidak, Mae Ri Yah.. Cepat.. bangun..Tenangkan dirimu. Katu terlambat, kau harus pergi ke rumah Jung In." Ucap Ayah seraya membantu Mae Ri untuk bangun.
"Tidak, duduk. Makan ini." Ayah Mae Ri menyuapi sup lagi ketika Mae Ri lagi-lagi merasa mual.
"Aiggoo.. Berhenti minum.." nasehat ayah.
Di kantor Jung In, assisten Lee An dan Jung In sedang membicarakan tentang kerja sama mereka.
"Direktur, aku sudah menyiapkan soundtrack untuk drama kita, drama kita akan menggunakan indie band. Silakan diliat. Aku mengetahui banyak band indie." ucap asisten Lee An.
"Sepertinya ini ide yang sangat bagus, menggunakan band indie untuk OST. Jadi, aku ingin mengadakan perjanjian pribadi dengan orang-orang ini." jawab Jung In.
"Tentu. Lalu, aku akan mencari waktu luang di schedulemu dan mengaturnya untuk mengadakan pertemuan. Ahh.. Sejak kau yang menjadi musik direktur, aku yakin sekali kalau drama ini akan menjadi sangat sukses. " ucap asisten Lee An." Jung In tersenyum tipis mendengar pujian itu. Kau sudah mengkonfirmasi semua hal dengan Management Seo Jun?"
"Ya, dia tidak punya manager." jawab Asisten Lee An.
"Kita akan memulai dengan mengadakan pemotretan untuk poster teaser sekarang. Lalu, kita akan me-release teaser dan menghubungi para pemain secara bersamaan." perintah Jung In.
"Ya, direktur. Ah, kemudian, aku harus pergi ke studio untuk menyiapkan semuanya." asisten Lee An pamit undur diri.
Kemudian Mae Ri datang. "Maafkan aku, aku telat." ucap Mae Ri.
Saat assisten Lee An hendak keluar ia memperhatikan Mae Ri, asisten Lee An menatap sinis ke arah Mae Ri, Mae Ri hanya menunduk.
"Apa kau sakit?" tanya Jung In.
"Maaf? Ah, ya, ada sesuatu yang terjadi kemarin. Maafkan aku, hal itu tidak akan terjadi lagi." ujar Mae Ri dengan sopan.
"Baiklah. Kau bisa kembali pulang." ujar Jung In, ia sibuk dengan dokumen-dokumennya.
"Maaf?" Mae Ri tidak mengerti, kenapa ia harus pulang, Mae Ri kan baru datang.
"Karena kau sedang tidak enak badan, pulanglah dan istirahat." ucap Jung In.
"Direktur... Aku tidak menyuruhmu untuk memperlakukanku seperti ini." ujar Mae Ri kesal.
"Aku hanya tidak dapat memutuskan pekerjaan jenis apa yang harus aku tetapkan untukmu." jelas Jung In.
"Pada akhirnya, kita tidak akan menikah, jadi jangan ada yang disembunyikan. Aku dapat melakukan apa saja yang kau suruh. Tidak ada pekerjaan paruh waktu yang belum aku kerjaan selama hidupku. Seperti, asisten di toko buku, memberikan selembaran, keamanan, sekretaris, aku dapat melakukan segala hal. Aku rasa aku hanya membuang-buang waktu dengan hanya menjaga sebuah ruangan kosong. Jadi, tolong berikan aku pekerjaan yang menurutmu cocok untukku." ujar Mae Ri panjang lebar, ia tidak ingin dipandang rendah oleh Jung In, tidak menyurh Mae Ri bekerja sama saja menganggap kalau Mae Ri tidak bisa melakukan apa-apa.
Di studio, Seo Jun, Lee An, Jung In dan beberapa crew lainnya sedang melihat hasil pemotretan yang baru saja mereka lakukan.
"Ah, foto itu cukup bagus, kan?" tanya Lee An pada Seo Jung.
"Aku tidak terlalu menyukainya. Lampu latarnya terlalu gelap." jawab Seo Jun.
"Kita masih punya banyak waktu, jadi silakan kalian mendiskusikannya dengan baik, dan ambil gambar yang banyak sesuai dengan keinginanmu." ucap Jung In.
"Wow,, ini sangat keren! Hey, apakah kau benar-benar akan datang suatu hari? Kang Mu Gyul, ini adalah Jackpot." ucap salah seorang teman Mu Gyul yang mendengarkan lagu Mu Gyul.
"Ada apa dengan Re-Oh? Kita dapat menemuinya dimana-mana. Ah, ada apa dengannya? Dia tidak menjawab teleponku." ujar salah satu teman mu gyul yang lain.
"Dia akan ada di sini sebentar lagi." ucap Mu Gyul yang sedang memainkan gitarnya.
"Kita perlu latihan sebelum kita tampil di panggung nanti. Ini serius, ada apa dengan orang bodoh itu?"
"Ayo, kita latihan sendiri dulu. Hyung, kau tahu bagaimana cara memainkan drum." ucap Mu Gyul.
"Hey, sudah lama sekali aku tidak melatih cara bermain drum ku. Sepertinya hasilnya tidak akan bagus." jawab teman Mu Gyul.
"Tubuhmu tidak akan melupakannya. Cobalah." Mu Gyul menyarankan agar temannya itu mengganti temannya yang belum datang. (I don't know the name)
"Okey, aku akan mencobanya. Okey."
Di studio Seo Jun dan Lee An sedang melakukan pemotretan.
"Bagaimana menurutmu dengan gaun ini?" tanya salah satu penata rias pada Seo Jun
"Aku menyukainya." jawab Seo Jun, Seo jun sedang melihat fotonya bersama Mu Gyul beberapa tahun yang lalu. Seo Jun ini adalah mantan Mu Gyul. Mantan yang masih sangat menyukai Mu Gyul, Mu Gyul juga sepertinya sama.
"Tata rambutku nanti lagi saja." ucap Seo Jun pada penata rias.
Seo Jun menghubungi Mu Gyul.
"Sudah lama sekali, Ada apa?" tanya Mu Gyul.
"Kang Mu Gyul, kau melakukan segalanya dengan sangat baik?" ujar Seo Jun. "Aku sedang mengerjakan drama baru."
"Benarkah?"
"Ini hanya tentang kehidupan sebuah band indie. Aku menelponmu, karena aku memikirkanmu." ucap Seo Jun.
"Akan ada pertarungan popularitas lagi." ucap Mu Gyul.
"Aku kira begitu."
"Hati-hati. Jaga dirimu, jangan sampai sakit saat kau shooting." kata Mu Gyul.
"Tentu, itu tidak akan terjadi." kata Seo Jun. "Aku sangat bekerja keras akhir-akhir ini."
Dan semuanya menjadi hening, Mu Gyul dan Seo Jun sama-sama canggung.
"Hello?" ucap Seo Jun mengakhiri keheningan.
"Yeah, aku masih mendengarkan." kata Mu Gyul.
"Ada apa ini? Rasanya canggung sekali, sudah lama kita tidak berbicara seperti ini." ungkap Seo jun.
"Ya." jawab Mu Gyul singkat. Mu Gyul terlihat menikmati pembicaraan itu, ia juga terlihat canggung.
"Aku sudah melihat pertunjukkanmu." kata Seo Jun.
"Aku tahu." jawab Mu Gyul. "Dengar, ini sudah hampir waktunya aku harus tampil."
"Ah, okay. Good Luck! Aku juga harus segera pemotetran. Baiklah, aku akan menghubungimu nanti. Bye." Seo Jun menutup teleponnya lebih dulu, ia sangat gugup ternyata.
"Ya, aku mengerti." ucap Jung In pada asistennya. Kemudian ponsel Jung In berdering. "Hello?" Jung In tanpa sengaja melihat Mae Ri sedang membagikan makanan. Jung In memperhatikannya terus, seraya menerima panggilan via handphone.
"Maaf.... Ini untukmu." ujar Mae Ri pada crew seraya memberikan minuman.
"Terima kasih."
"Aku akan menikmatinya."
Mae Ri tersenyum senang karena ia sudah selesai membagikan makanan. Mae Ri melihat Seo Jun duduk sendiri, Mae Ri segera menghampiri Seo Jun dan memberikan sebotol air pegunungan dan kotak makanan.
"Ya. Maaf, permisi. Ini, selamat menikmati. Ini air pegunungannya." ucap Mae Ri seraya memberikannya.
"Aku sangat haus. Kau baik sekali." ucap Seo Jun seraya meminum air itu.
"Karena aku penggemarmu." jawab Mae Ri.
"Dan, film mana yang aku perankan yang paling kau suka?" tanya Seo Jun penasaran sejauh mana Mae Ri menggemarinya.
"Ohh.. Film saat kau melakukan shooting di Jepang dua tahun lalu." jawab Mae Ri dengan semangat.
"Dan, bagaimana kau tahu hal itu? Tidak banyak orang yang tahu hal itu." tanya Seo Jun heran.
"Aku ingat saat kau bernyanyi di film itu dan karaktermu sungguh sangat keren." ucap Mae Ri seraya tersenyum.
"Kau benar, itulah kenapa aku memilih drama ini." jawab Seo Jun.
"Apakah itu artinya kau akan bernyanyi didrama ini juga?" tanya Mae Ri. "Aaah.. Sebuah musik drama."
"Hari ini pemotretan tentang konsep untuk drama. Konsep pemotretannya tentang seorang kekasih penyanyi rock." jelas Seo Jun.
"Terdengar sangat menyenangkan." ucap Mae Ri. "Aku akan melihatnya."
"Tapi, kau tahu, aku memiliki banyak fans yang tidak menyukaiku." kata Seo Jun.
"Tenanglah, itu hanya isu yang tidak benar. Jangan khawatir tentang hal itu." Mae Ri mencoba meyakinkan Seo Jun kalau semuanya baik-baik saja.
"Aku sedikit terluka karena hal itu. Tapi, terima kasih." jawab Seo Jun.
Kemudian asisten Lee An yang jelas-jelas tidak menyukai Mae Ri datang, ia melihat sinis ke arah Mae Ri.
"Apa yang kau lakukan?" tanya asisten itu pada Mae Ri.
"Aku lebih baik kembali bekerja." jawab Mae Ri.
"Good Luck!" ucap Mae Ri seraya mengepalkan tangan ke udara tanda semangat.
"Ya." ucap Seo Jun seraya tersenyum.
"Bukankah asisten itu sangat baik?" ujar Seo Jun.
"Apa maksudmu "baik"?" tanya asisten Lee An. "Dia sangat menakutkan."
"Kenapa?"
"Apa yang keliatan baik darinya? Dia hanya berpura-pura baik di depanmu saja."
"Tidak."
"Dia memintamu untuk memberikan tanda tanganmu padanya, bukan? Dia menjadi asisten seperti itu karena dia hanya ingin bertemu dengan banyak artis. Tapi, sepertinya dia salah satu orang yang menyebarkan rumor yang tidak benar dengan sumber yang tidak jelas dan tidak penting."
"Ehh.. Tidak masuk akal." ucap Seo Jun.
Seo Jun dan asisten Lee An melihat ke arah Mae Ri yang sedang membagikan makanan pada crew yang lain.
Di toilet wanita, Mae Ri sedang mengirim sms, ia mendengar pembicaraan telepon seorang wanita yang sedang membicarakan tentang Seo Jun, wanita itu berbicara sinis tentang Seo Jun.
"Aaahh.. Dia seperti ular berkepala dua! Dan dia pikir, dia bintang yang besar, lihatlah cara dia berpakaian. Emas, emas di bagian atas. Dia mungkin seorang anak perempuan yang ke dua. Dia bohong saat dia mengatakan kalau dia lulusan dari USA, dia mungkin hanya mendapatkan gelar diploma dengan cara yang tidak benar. Aku tahu. Kenapa dia mesti membuat keributan saat memainkan sebuah drama, ketika dia merusak segalanya satu tahun lalu? Hey, aku dapat informasi ini dari orang-orang production itu sendiri. Dia mungkin merayu direktur untuk mendapatkan peran ini dan sekarang dia bilang, dia adalah kekasih direktur. Benar, tentu saja tanpa ada sponsor, kita akan menonton sebuah "X-file"!" ucap wanita itu berbicara dengan seseorang lewat telepon.
"Apa ini? Komentarnya sangat tidak mengenakan." ucap Mae Ri pelan mengomentari pembicaraan wanita itu.
"Tunggu sebentar. Aku lebih baik menelpon ayahku dan memberitahunya kalau aku akan datang terlambat." Mae Ri segera menelpon ayahnya.
"Aku bilang padamu, dia bergantung pada sponsornya untuk mendapatkan popularitas. Itu benar, kalau tidak, bagaimana bisa dia terlibat dalam film yang dibuat di Jepang itu. Tentu." wanita itu keluar dari kamar mandi lalu mencuci tangannya disamping Mae Ri, Mae Ri tahu wanita itu, pekerja asisten di studio juga. Wanita itu masih saja berbicara sampai meninggalkan toilet.
Kemudian, ternyataaaa.. Seo Jun mendengar semuanya, ia keluar dari kamar mandi dan melihat Mae Ri sedang menelpon. Tentu saja Seo Jun pikir, Mae Ri lah yang berkata-kata sinis seperti itu. Seo jun menatap Mae Ri dengan marah, ia lalu menghampiri Mae Ri dan mengambil handphone Mae Ri lalu membantingnya ke arah kaca.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan hal itu?" ucap Mae Ri.
"Apakah kau juga harus bertanya?" ujar Seo Jun seraya keluar dari toilet.
Kaca bekas lemparan handphone itu menjadi retak.
Seo Jun keluar dari toilet dengan emosi yang masih tidak baik, ia berjalan ke arah studio. Penata rias yang melihat rambut Seo jun yang tidak tertata rapi langsung menghampiri Seo Jun, "Oh, rambutmu.." ucap penata rias.
"Ahh.. Jangan ganggu aku!" dengan kesal Seo Jun mendorong penata rias itu hingga terjatuh.
"Seo Jun ssi!"
"Aku tidak dapat shooting sekarang, aku butuh udara segar." ucap Seo Jun.
"Apa yang terjadi?" Jung In datang dan bertanya pada asisten Lee An.
"Aku tidak tahu dia sangat marah." ucap asisten Lee An.
"Yaah.. Ini kali pertama aku melihatnya seperti itu." jawab Lee An.
"Ada apa ini? Dia bertingkah seperti itu setelah keluar dari kamar mandi."
"Kalian sedang apa? Bisakah kita memulai shooting sekarang?" ucap kameramen.
"Silakan dan mulailah menyiapkan rencana untuk set pertama berikutnya." kata Jung In memberi perintah.
"Kenapa semua ini terjadi tiba-tiba seperti ini?" tanya asisten Lee An.
Melihat Seo Jun pergi, Lee An segera menyusulnya.
Seo Jun berjalan di tengah keramaian, Jung In mengikutinya dari belakang. Ternyata Seo Jun datang ke sebuah kafe dimana tempat Mu Gyul sedang mengadakan konser. Seo Jun duduk lalu memesan minuman air putih. Seo Jun terus memperhatikan Mu Gyul dari jauh.
Direktur pun sampai di restaurant tempat Mu Gyul tampil, ia melihat Seo Jun yang sedang memperhatikan Mu Gyul. Jung In pun melihat ke arah Mu Gyul. Kemudia asisten Lee An juga ikut datang.
"Direktur!" ucap Asisten Lee An. "Direktur, kau di sini? Oh! Seo Jun ssi! " Asisten Lee An hendak menghampiri Seo Jun tapi dicegah oleh Jung In.
Mu Gyul tampil dengan personel yang tidak lengkap, salah satu temannya yang berada di posisi drummer tidak datang, hal ini mengakibatkan keseluruhan konser itu jadi tidak berjalan lancar. Tapi Mu Gyul bisa mengatasi hal itu dengan bernyanyi akustik. Keeren.. :D
"Direktur, kau buang-buang waktu menonton pertunjukan ini.Vokalisnya sungguh mudah menyerah. Dia benar-benar tidak memiliki sopan santun dan bakat. Ayo kita pergi saja.
Direktur, ayo pergi dari sini. " ucap asisten Lee An.
Jung In memegang pundak Seo Jun dan Seo Jun tersenyum ke arah Jung In, "ayo kita kembali" ucap Seo Jun seraya tersenyum, ternyata dengan hanya melihat Mu Gyul, perasaan Seo Jun jadi kembali normal.. huhuuu.
"Kau bisa pergi duluan, aku akan melihat pertunjukkan ini sedikit lebih lama." ucap Direktur.
Para personel masuk ke ruang make up, mereka sudah selesai tampil.
"Apa yang dia lakukan? Konser berakhir, dimana dia?! Ah, benar-benar! " ucap salah seorang teman Mu Gyul yang tidak puas dengan konser yang berakhir dengan tidak baik.
Kemudian pemain drum datang dan ia memanggil teman-temannya dari pintu, "Hyung!"
"Hey.. Hey.. Hey..! Ah.. benar-benar." salah satu temannya melempar handuk ke arah pemain drum itu.
"Aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku kecelakaan saat aku menuju ke sini." pemain drum itu memperlihatkan luka serius di tangannya.
"Apa yang terjadi dengan tanganmu?"
"Kau pasti menghadapi waktu-waktu yang sulit karena aku? Maafkan aku."
"Kenapa kau harus minta maaf? Kenapa kau harus minta maaf kalau kau yang terluka seperti itu?" ucap Mu Gyul.
"Hey, Mu Gyul Ah.. Kami sangat minta maaf, karena kami tidak melakukan yang terbaik untuk konser kita kali ini."
"Aku sudah katakan, semua itu tidak apa-apa, kenapa kalian masih minta maaf juga? Kau sudah melakukan yang terbaik, jadi kenapa kalian meminta maaf seperti itu?!" kata Mu Gyul dengan kesal. Mu Gyul kesal lalu mengambil gitarnya dan pergi. Mu Gyul itu tipe orang yang setia kawan, dia bener-bener care sama bandnya.
"Hyung!"
"Apakan lenganmu baik-baik saja? Kau harus lebih berhati-hati."
Jung In menunggu Mu Gyul di luar ruangan. Saat Mu Gyul keluar ruangan Jung In mencegatnya. "Permisi." ucap Jung In.
Mu Gyul menatap tak bersahabat ke arah Jung In. Jung In menyodorkan kartu nama perusahaannya. Teman-teman Mu Gyul datang untuk menyusul Mu Gyul, mereka melihat Jung In.
"Siapa kau? Jl Entertaiment? Ahh.. Apakah kau ke sini untuk mempromosikan kami?" ucap salah satu teman Mu Gyul. Mu Gyul yang sedang kesal segera pergi.
"Kita harus bicara! Tunggu." cegah Jung In tapi Mu Gyul terus berjalan tanpa menghiraukan mereka.
"Perasaannya sedang tidak membaik sekarang, tapi kau dapat membicarakan hal itu padaku. Aku pemimpin di band ini, kau dapat memanggilku dengan nama Ri-No." mereka memperkenal diri mereka masing-masing.
"Aku Yo Han."
"Dan aku Re-Oh."
"Aku tidak tertarik pada band amatir." ucap Jung In.
Mu Gyul dan ketiga personel bandnya berada di kedai minuman, mereka mabuk bersama.
"Ya! Kita adalah sebuah band amatir, jadi apa yang harus dilakukan.."
"Hey, ini sudah lebih dari 7 tahun kita membuat band ini, dari sejak awal kita membuatnya."
"Aku benar-benar merasa senang saat kita SMA dulu."
"Aku tidak terlalu ingat dengan masa-masa itu." ucap Mu Gyul.
"Benarkah, kau masih melupakannya?"
"Aku tahu. Kalau saja kita bisa kembali ke masa itu saat kita hanya hidup dengan impian musik kita. Yeah, tapi beruntung kita meninggalkannya, dan tidak beruntungnya kita jadi semakin tua.
Semua teman kita sudah menikah satu demi satu. Bisakah kita seperti ini sampai akhir hidup kita? Hey, Kang Mu Gyul, Kau tidak seperti kita. Kau memiliki keduanya, bakat dan penampilan. Jujurlah, kau tidak harus bersama kami."
"Kenapa tidak?" tanya Mu Gyul seraya meneguk minumannya.
"Karena kau hanya akan membuang-buang waktu saja. Kau harus menghadapi kenyataan.
Kenyataan.."
"Apa maksudmu dengan kenyataan? Apakah semua ini nyata?" Mu Gyul mabuk berat ia membanting gelas.
"Semuanya sempurna! Tidak ada masalah sama sekali!"
Mereka keluar dari kedai minuman dalam keadaan mabuk. "Kita akan menjadi band besar!
Hey.. Hey! "
"Kecepatan dan Sikap!"
"Benar, kecepatan dan sikap!"
"Yah..! Meskipun kita harus mengakhiri semua hal yang berkaitan dengan musik, jangan pernah melupakan rock metal kita!"
"Kau harus berlatih keras!"
"Okay.. Okay.. Okay.."
"Dan kau, kau lebih baik memikirkan tentang pernikahan."
"Dan kau, Mu Gyul, kau orang bodoh."
"Memang, pergilah ke Jl Entertaiment."
"Aku.. Tentu saja aku akan pulang ke rumah." ucap Mu Gyul.
"Kau sungguh tidak bertanggung jawab!" ucap Mu Gyul, ia akhirnya jalan ke rumah tanpa ditemani teman-temannya.
"Pergilah kalian kemana saja kalian mau?! Kenyataan, kenyataan.. Kalian berani sekali bicara tentang kenyataan dengan ku.. Keyakinan, harapan dan cinta.
Yang paling penting adalah.." ucap Mu Gyul mabuk.
"Baiklah ituu..." Mu Gyul duduk di pinggir jalan, Mu Gyul mendapat sms dari Mae Ri. "Oh! Aku dapet pesan dari Merry Christmas.."
Isi sms dari Mae Ri :
Kang Mu Gyul, terima kasih untuk kemarin, dan juga maafkan aku.
Kau pasti sangat lelah karena aku, jadi pastikan dirimu pulang kerumah dan beristirahat.
Kau tidak minum lagi kan? Kau bilang kau tidak minum lagi karena pekerjaanmu, benarkah?
"Aku minum lagi." ujar Mu Gyul seraya tersenyum tipis.
Jangan bertingkah sombong karena kau masih mudah, perhatikan kondisi tubuhmu.
Jika kau ingin mengerjakan musikmu selamanya, kau juga harus memperhatikan kondisi kesehatan tubuhmu dari sekarang.
"Selamanya?" Mu Gyul bertanya pada dirinya sendiri.
Bye!
Merry Chirstmas!
Yawwz..!
Mu Gyul tersenyum lagiiii dan ia mencoba menghubungi Mae Ri, tapi oleh Mae Ri tak kunjung diangkat.
"Angkat teleponku, Merry Chirstmas.."
Tiba-tiba Jung In datang menghampiri Mu Gyul.
Di studio, seluruh crew termasuk Mae Ri masih sibuk bekerja. Kali ini pemotretan Seo Jun dengan Lee An.
"Lebih dekat lagi, dekatkan kamernya.. Okay. Sekarang, sedikit mendekat pada Seo Jun. Dekat, lebih dekat lagi. Okay." cameramen mengarahkan gaya Seo Jun dan Lee An.
"Dia benar-benar cantik." ucap salah satu staff.
"Okay, ayo kita lanjutkan nanti setelah makan. Istirahat!" kata cameramen.
Mae Ri segera membagikan makanan untuk para crew.
"Ini, makan malammu." kata Mae Ri.
"Terima kasih."
Mae Ri melihat Seo Jun dari kejauhan, Seo Jun sedang berbicara dengan Lee An dan asistennya. Mae Ri menghampiri Seo Jun, ia membawakan makanan dan air mineral.
"Apa ini?" tanya asisten Lee An dengan sinis. "Apa yang baru saja terjadi di kamar mandi?"
"Tolong jangan memanggilku dengan cara seperti itu, umurku 24 tahun." kata Mae Ri.
"Lihat, dia sangat kasar." ucap asisten Lee An dengan berbisik pada Seo Jun.
"Kau pasti salahpaham. Itu bukan aku." ujar Mae Ri.
"Lalu, siapa?" tanya Seo Jun.
Mae Ri melihat ke arah wanita yang ia lihat di toilet, wanita itu ketakutan.
"Aku yakin ada hal yang lebih baik kau simpan untuk dirimu sendiri meskipun itu adalah kesalahan atau kekesalan. Aku hanya ingin meyakinkanmu sekali lagi bahwa. Itu bukan aku. Namun, aku dapat mengerti kenapa kau bisa salah paham padaku seperti itu.
Dan aku dapat mengerti alasanmu kenapa kau melakukan hal itu padaku, kau memang harus melakukan hal itu jika kau berada di situasi seperti itu. Jadi, aku sangat mengerti tentang hal itu. Dan karena kita akan melakukan banyak hal secara bersamaan karena kita berada di dalam satu kantor, aku lebih memilih untuk menyelesaikan masalah ini, agar semuanya kembali terasa nyaman satu sama lain." ucap Mae Ri dengan tulus.
"Apa yang baru saja kau katakan?" tanya asisten Lee An.
"Ini, aku bawakan makanan." Mae Ri menyodorkan makanan dan air mineral, berharap Seo Jun mau menerimanya. "Kau tidak boleh lapar karena kau akan melakukan pemotretan sepanjang malam. Dan ini, air dari pegunungan."
"Oohh.. Ini benar-benar lelucon." ujar Lee An.
Jung In dan Mu Gyul sedang berbicara di sebuah kedai, Jung In suka cara bernyanyi Mu Gyul dan tentu saja, ia ingin agar Mu Gyul bergabung dalam pembuatan produksi dramanya ini."Apa yang kau tau tentang band kami?" tanya Mu Gyul.
"Sesuai dengan apa yang aku ketahui, bahwa band indie tidak pernah dikenal di luar Hong Dae." jawab Mu Gyul.
"Ini wilayah kekuasaan kami dan kami di sini untuk membuat music."
"Tapi, tidak ada alasan untuk membiarkanmu terkunci dengan talenta dirimu sendiri dengan hanya tampil di sebuah bar? Di sisi lain mungkin itu ada untungnya juga, tapi lebih ke dalam hal yang tidak serius, artinya selama kau bermain di bar, itu artinya bandmu hanya sebatas band bar tanpa ada kemajuan apapun."
"Hanya seperti ini, sebuah band dapat menjadi bagian dari kehidupan." jawab Mu Gyul.
"Itu benar untuk orang-orang yang hanya mengikuti arus. Tapi aku tidak seperti itu." kata Jung In.
"Jadi, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?"
"Aku rasa aku bisa merasakan sesuatu saat kau pentas, rasa dan gayamu saat pentas tadi terlihat sangat menghidupkan suasana dan musik yang kau bawakan sungguh sangat hidup. Tidak kurang dan tidak lebih."
"Kau terlalu membesar-besarkan." ungkap Mu Gyul. "Tapi jika waktunya nanti datang, kau juga pasti akan menyuruhku untuk memakai pakaian yang konyo dan memintaku untuk lip sync."
"Sudah jelas sekali kau masih perlu rasa percaya diri yang kuat di penampilanmu. Tidak peduli, sejauh mana talenta dan kemampuan, kau masih kurang percaya diri?" ujar Jung In.
"Apakah masih ada nilai komersial yang tersisa dalam bakat dan kemampuan?"
"Untukku mental seorang roker adalah yang utama."
"Sebuah perusahaan yang hanya mengetahui tentang keuntungan.. tau tentang rock mental?" tanya Mu Gyul seraya mengangkat gelasnya.
Mae Ri berjalan lesu sesudah pulang dari tempat kerjanya, mukanya pucat karena ia bekerja sampai larut.
"Hey!" bentak ayah Mae Ri yang melihat Mae Ri datang. "Apa yang kau lakukan di sini, bukankah kau pergi kantor?"
"Mereka mengatakan kalau aku tidak harus pergi ke kantor hari ini karena kami sudah bekerja keras sampai malam." jawab Mae Ri.
"Dan kenapa kau harus bekerja keras sampai malam?" tanya ayah. "Aku menyuruhmu ke sana, jadi kau bisa tinggal di kantor bersama Jung in."
"Aku lelah, aku akan tidur, ayah." ucap Mae Ri segera menuju rumahnya.
"Hey.. hey.. kemana kau pergi?" ayah mencegah Mae Ri untuk masuk rumah. "Jung In mungkin sudah pergi ke tempat kerjanya, jadi pergi saja ketempatnya dan tidur di sana. Pergi dan tidur siang, setelah itu kau bisa bangun dan makan siang bersamanya."
"Dad! Kenapa kau seperti ini?" tanya Mae Ri kesal.
"Kau sudah berjanji untuk menepati janjimu saat menandatangi surat perjanjian itu. Kau hanya bisa bermimpi kalau kau berkelakuan seperti ini selama 100 hari. Jadi, kau harus segera pergi." kata Ayah.
"Aku bilang, aku akan melakukan hal itu. Tapi, paling tidak aku harus mengganti bajuku dulu? Bau sekali baju ini." kata Mae Ri segera masuk rumahnya.
Mu Gyul berada di kamar Jung In, setelah mabuk kemarin, Jung in membawa Mu Gyul ke rumahnya agar Mu Gyul bisa beristirahat.
"Dimana aku?" tanya Mu Gyul pada dirinya sendiri.
Jung In baru saja mandi, oppa cool, rambutnya basah XP
"Kau sudah bangun. Kau tidak ingat apa yang terjadi tadi malam?" tanya Jung In seraya meminum air dari botol.
Mu Gyul mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin.
"Aku benar-benar benci dingin, tapi aku tidak memiliki pemanas ruangan di rumah. Gitarku.."
Mae Ri malas untuk bertemu Jung In, yang ia butuhkan sekarang adalah tidur. Unnie, tabahkan hatimu. XD
"Orang bodoh itu pasti sudah berangkat bekerja sekarang?" ucap Mae Ri seraya tersenyum pada dirinya sendiri, Mae Ri membuka pintu. "Aku harus segera pergi dan tidur."
"Kau menulis semua lagumu sendiri, benar? Dimana kau melakukan rekaman?" tanya Jung in, ia sangat tertarik dengan lagu-lagu yang dinyanyikan Mu Gyul.
"Aku bekerja di rumah." jawab Mu Gyul.
"Jadi, kau melakukannya semuanya itu dirumah? Benar-benar seperti band indie pada umumnya." ujar Jung In, handphone Jung In berdering, ia mengangkatnya.
"Ya? Ayo buat jadwal pertemuan sekitar jam 1 siang. Dan tolong siapkan foto-foto yang telah selesai di ambil di studio kemarin."
"Aku benar-benar akan mati. Ayo, tidur siang dulu sebentar." Mae Ri membuka sepatunya dan tidur di atas sofa.
"Bagaimana perasaanmu? Tampaknya kau sangat mabutk semalam" ujar Jung In. Mae Ri yang mendengar suara Jung In segera bangun dari tidurnya.
"Apa? Dia belum pergi bekerja." lanjut Jung In lagi. Dari ruang tamu tempat Mae Ri duduk, Mae Ri dapat mendengar pembicaraan Jung In.
"Aku pikir kita cocok satu sama lain." kata Jung In pada Mu Gyul. Jelas saja Mae Ri kaget, Mae Ri berpikir Jung In benar-benar seorang gay.
"Apa dia benar-benar gay?" tanya Mae Ri pada dirinya sendiri.
Mae Ri mengendap-endap menuju sumber suara, sumber suara ada di kamar Jung in.
"Bukankah kita semalam sudah setuju kalau kita memerlukan satu sama lain?" tanya Jung in.
"Tertangkap basah.!" bisik Mae Ri pada dirinya sendiri saat melihat Jung in dengan Mu Gyul. Mae Ri melihat Jung In dan Mu Gyul membelakangi mereka, jadi Mae Ri tidak tahu kalau pria yang ada di kamar Jung In itu adalah Mu Gyul.
"Ini akan sangat melelahkan. 100 hari ketetapan hanya tinggal sejarah sekarang." Mae Ri tersenyum.
"untuk bekerja sama denganku. Kita akan menjadi partners yang sangat cocok." kata Jung in.
"Benarkah?" Jawab Mu Gyul.
Mae Ri mendekat ke arah Jung In dan Mu Gyul, ia langsung menyadari kalau pria itu adalah Mu Gyul.
"Kang Mu Gyul?!" Mae Ri sangat terkejut, ia menunjuk ke arah Mu Gyul.
"Hey, Merry Chirstmas, kau..!" Mu Gyul sama terkejutnya dengan Mae Ri. "Hei, apa yang kau lakukan di sini?"
Mae Ri tentu saja salah sangka. Mae Ri kira Mu Gyul dan Jung In memang memiliki hubungan khusus, tapi ternyata Mu Gyul dan Jung In hanya memiliki hubungan sebatas urusan bisnis.
"Kalian berdua.. saling mengenal?" tanya Jung in, ia tampak tidak terkejut.
"Dia adalah suamiku." seru Mae Ri seraya menghampiri Mu Gyul.
"Kau pria yang dinikahi Mae Ri..." ujar Jung In pada Mu Gyul.
"Kau pria yang dinikahi Mae Ri secara tersurat?" ujar Mu Gyul pada Jung In.
"Honey...!" seru Mae Ri.
Label: Marry Stayed Out All Night