Forum Boker *Jangan berfikiran jorok

IrmaKamaruddin | update: 12 Jun 2014 @ 08.30 | 0 comments

“Menurut loh, boker itu apa ?? penting nggak sih” Tanya ika, serius.

“Loh mau yang ilmiah, atau menurut penelitian gue ??” Jawab gue, lebih serius.

“terserah loh aja..” Kata Ika, sambil muncrat ke muka gue.

“Eloh, dengar baik-baik ni yah, karena gue nggak ngulang lagi....”Jawab gue sambil melet-melet, agar terkesan misterius.

Boker adalah hal alamiah yang dilakukan manusia. Bersyukurlah kita sebagai manusia bisa boker. Bayangkan saja kalau manusia cuma bisa memasukkan makanan ke tubuhnya, tapi nggak bisa mengeluarkannya. Berarti nyawa manusia ditentukan seberapa banyak dan seringnya ia mengkonsusi makanan. Semakin banyak makanan yang ia konsumsi, semakin besar pula resiko mati disebabkan perut yang meledak. 


Yang paling parah, kalau Tuhan menciptakan kita dengan lubang pantat. Tapi, nggak tahu bagaimana cara menggunakannya. Bersyukurlah juga, Tuhan menciptakan manusia dengan nalurinya untuk boker. Jadi, kita nggak perlu susah-susah berfikir apa itu lubang pantat ?? dan bagaimana cara memanfaatkannya??.

Seandainya beberapa tahun kedepan spesies manusia mengalami evolusi lebih cepat dari apa yang di ramalkan, karena pengaruh radikal bebas yang semakin meraja lela (apa hubungannya lubang pantat dan radikal bebas ??). Dan, yang lebih dulu berevolusi pada manusia adalah hilangnya lubang pantat. 

Gue pastiin, gue bakal milih jadi gembel dari pada orang tajir. Setidaknya kalau gue jadi gembel, jumlah makanan yang masuk ke tubuh gue nggak banyak-banyak amat. Jadi, resiko mati karena ledakan perut bisa gue minimalisir. Gue bakal sumbangin semua harta gue, termasuk koleksi kaset bajakan gue ke pak sukri (petugas ke amanan di SMA Negeri 1 Makassar).

Ika, iya, panggil saja dia Ika. Perempuan berkawat betis di giginya ini, sangat fanatik dengan apapun mengenai boker. Bahkan ia mengoleksi kotorannya sendiri yang telah diawetkan. Sangat menyukai bau-bau busuk. Sungguh sahabat yang unik. I love her.


“Kenapa harus pak sukri ???”. Tanya ika.

“Menurut gue, dia orang yang tepat...”Jawab gue.

“Tapi Kenapa....??”Tanya Ika lagi, Penasaran.

“Karena, pak sukri berkumis dan nggak terlalu tinggi.” Jawab gue serius. Ika garuk-garuk kepala, Nggak nyambung

“Ssttsssss....... Ssttssssss”. Bu Masniari (guru kimia) menegur, merasa terganggu dengan pembicaraan Gue dan Ika. Seisi mushollah sekolah pun menengok ke arah kami. Lho ? lho ? ada apa ini ?. Suara gue kegedean kali. 


Gubrakkkk... Gue dan Ika kaget. Ica, teman sekelas gue mengghampiri dan duduk di samping kami.  Ica mengelus-elus perutnya sambil memukul-mukul pelan.

Ini nih si Ica. Wanita perkasa. Sang penguasa WC Mushollah. Guru terbaik, dalam dunia boker – bokeran.


“Kenapa Ca ? ”. Tanya Ika.
“Habis boker.”
Och, Gue juga.” Balas ika, santai.
“Irma juga habis boker yahh ??”. Tanya Ica, ke gue.
“Ah ah, Gue ?? Nggak. Cuma nemenin Ika doang.”

Boker adalah hal yang biasa di sekolah gue. Dalam sehari, setidaknya 78% siswa selalu melakukan ritual boker di waktu yang berbeda. Wc mushollah selalu dijadikan tempat nongkrong para Bokers (pecinta boker). Entah mengapa ?? Mungkin ada sensasi berbeda yang dirasakan para bokers di Wc musholla. Salah satu alasan Wc mushollah jadi tempat favorit para bokers adalah lokasinya yang strategis alias jauh dari pusat sekolah.

Hari itu, gue baru saja nemenin Ika boker di Wc mushollah sekolah (INGGAT gue nggak masuk ke dalam Wcnya lho, di luarnya doang). Sahabat gue yang satu ini adalah salah satu dari bokers. Setidaknya 2 kali seminggu ia rutin Boker di sekolah. 

Saat itu entah mengapa tiba-tiba gue bertanya sama Ica tentang hal yang nggak penting untuk  di tahu orang lain. Tapi, menurut gue, pertanyaan ini sangat penting buat gue. “Ca, seminggu loh boker brapa kali di sekolah ??” Tanya gue, sangat sangat penasaran.

Saat itu entah mengapa tiba-tiba gue bertanya sama Ica tentang hal yang nggak penting untuk  di tahu orang lain. Tapi, menurut gue, pertanyaan ini sangat penting buat gue.

“Ca, seminggu loh boker brapa kali di sekolah ??” Tanya gue, sangat sangat penasaran.

hampir tiap hari sihhh... Jawab Ica, santai banget.

“MANTAP!! Kok Lancar sih” Kata gue, sambil menodorkan jempol tangan ke jidatnya Ica.

 “Emang boker elu nggak lancar ??”. Balas Ica.

“Yapss, Irma jarang boker.” Jawab ika, ngelambung gue. 

 Buset dahh Ika, Mulutnya. Well to the well. Dari kecil gue emang susah boker alias buang hajat. Sebenarnya gue nggak pernah masalah sama boker gue yang jarang nongol ini, setidaknya nggak menggangu rutinitas gue. Tapi, yang masalah itu Nyokap. Kata Nyokap, Di perut gue bakal penuh cacing, terus cacingnya bakal makan semua organ tubuh gue. Nyokap juga nambahin kalau kamu jarang boker, Isi perut kamu bakal longsor. Fatwah ini nggak pernah gue lupa, dan berhasil ngebuat gue takut semasa kecil. 

Belakangan ini gue baru mikirin fatwah Nyokap,

1)     masalah cacing di perut gue, mungkin iya ada. Tapi, nggak mungkin menuhin perut gue. Dokter pernah  bilang gue punya kadar asam lambung yang paling asam dibandingkan manusia pada umumnya. Hal itu tentunya bukan habitat yang baik untuk koloni cacing. Ataukah mungkin cacing-cacing dalam perut gue sejenis mutan ? sehingga mampu beradaptasi dengan baik. Entahlah !!.

2) Bagaimana bisa cacing yang gue pelihara di perut memakan semua organ tubuh gue, kalau memang benar. Udah lama dong gue mati. Kenapa nggak dari dulu cacing-cacing itu menggerogoti Jantung,  paru-paru, empedu, dan organ tubuh gue yang lain. 

3) Isi perut gue bakal longsor. Apa maksudnya ini. Apakah Nyokap mencoba melecehkan gue dengan kata-kata itu. Omong kosong. Bagaimana caranya perut gue longsor ?? Apakah karena perut gue penuh dengan kotoran, sehingga ada bagian yang di mana kotoran itu memiliki struktur yang lebih lembek dibandingkan kotoran di bagian perut gue yang lain, sehingga memicu terjadinya longsor. Hal hasil perut gue buncitnya nggak merata, Karena kotoran di perut kanan longsor, jadi perut gue buncit di sebelah kiri. Apakah hipotesa ini benar ??? Omong kosong. Nyokap terlalu berlebihan.

Fatwah itu emang berhasil buat gue takut. Tapi, tetap aja nggak ngebuat boker gue nongol dengan teratur. Seribu macam cara Nyokap lakuin supaya boker gue lancar. Mulai dari beli berbagai macam jenis buah-buahan, yang ujung-ujungnya nggak gue makan, malah membusuk dan jadi sarang belatung karena kelamaan di atas meja.

Sampai-sampai nyokap pernah negukin gue obat diare. katanya sih supaya perut gue mules, terus boker gue nongol. Dan itu berhasil ngebuat boker gue nongol, walaupun bentuk boker gue nggak menyerupai kotoran manusia dan Lebih menyerupai muntah kucing. Setelah 3 hari, treatment obat diarepun dihentikan setelah kejadian gue kejang-kejang usai mengkonsumsi obat diare terkutuk itu. Akhirnya, boker gue kembali membatu.



Pembicaraan kami di teras mushollah sekolah pun semakin berlanjut ke arah yang lebih brutal. Ica menambahkan opininya dalam pembicaraan kami. Katanya, lancar tidaknya seseorang boker di sebabkan kualitas lubang pantatnya. Gue dan ika bingung, mata kami bertemu dan saling mengerutkan dahi, kebingungan mendengar ucapan Ica. Apa maksudnya Kualitas lubang pantat ??

Ica melanjutkan, bahwa semakin besar lubang pantat seseorang semakin sering pula orang itu boker. Mengingat kemampuan boker gue untuk keluar sangat jarang. Gue pun menyimpulkan lubang pantat gue termasuk kecil dan hal itu berbanding terbalik dengan lubang mulut gue yang besar. Seandainya saja gue bisa minta Tuhan menukar posis lubang – lubang itu, betapa senangnya gue.

Karena nggak mau mati dengan keadaan boker yang membatu di perut, gue mendengarkan dengan saksama petuah-petuah Ica yang terkenal dengan kemampuannya boker tiap hari di  Wc mushollah.

“Lo, harus rajin-rajin melatih otot pantat lo”. Kata Ica, mantap. 

Kemudian Ica bangkit dan mengubah posisi duduknya. Sambil jongkok dan meletakkan kedua tangannya di atas pundak, ia lalu mengeluarkan suara aneh “Arghh...Ehmkkk...Arghh.....Ahmkk”. Raut wajahnya sedikit demi sedikit berubah menjadi merah, urat-urat di sekitar mata dan jidat jenongnya terlihat jelas, wajahnya nampak 3x lebih kenjang dari sebelumnya, terlihat Ica sedang ngeden. Beberapa menit gue dan Ika bengong ngelihat tingkahnya Ica.

 “Lo ngapain.”Tanya gue, keheranan.
Ica lalu kembali ke posisi awalnya. Senyum lebar menghiasi wajah kecilnya, “Itu tadi contoh melatih otot pantat” Ucap Ica.       
“Yakin Lo” Tanya Ika, lebih penasaran.
“Iya...” Jawab Ica, mantap banget.

Setiba di rumah, gue langsung mempraktekan apa yang Ica ajarkan ke gue. Kata ica, melatih otot pantat sangat baik dilakukan saat hasrat unutk boker lagi nggak ada. Jadi, saat ngeden dilakukan, si boker nggak langsung muncrat keluar. Hal terpenting dalam ngeden ini adalah lakukan dengan kekuatan yang semaxsimal mungkin dan sesering mungkin di manapun kamu berada.

Hampir tiap hari gue melakukan kegiatan ngeden. Nggak di rumah, di sekolah, di atas motor pun gue lakukan. Hari demi hari gue lalui dengan ngeden di setiap kesempatan. Hasilnya, boker gue lumayan lancar. Setelah gue naik kelas 3 SMA, gue mulai meninggalkan kebiasaan ngeden itu. Kesibukan menghadapi UN ngebuat gue lupa melakukan ngeden. Boker gue kembali jarang nongol sampai detik ini.

Kalau dipikir-pikir beberapa bulan dengan kebiasaan ngeden, sempat beberapa kali ngebuat perut gue sakit. Hal ini baru gue sadari, kebiasaan ngeden yang tidak pada tempatnya hanya dapat menimbulkan masalah baru untuk perut gue.

Sebenarnya, banyak hal lain yang lebih bermanfaat bisa gue lakukan untuk masalah boker yang jarang nongol ini, seperti : Minum jus, makan buah-buahan, dan rutin mengkonsumsi air putih setiap mau tidur maupun bangun pagi. 

Walaupun jarang melakukan hal-hal bermanfaat itu, setidaknya gue nggak lagi ngeden asal-asalan yang mungkin saja bisa berakibat fatal unutk perut gue. Masalah boker yang malas nongol, mungkin sudah jadi takdir Tuhan untuk gue.

END

← Older / Scroll Back Up / Newer →

Copyright © Irmak 2009 - . All rights reserved.