Autobigrafi Ajaib si Empunya Blog ini
IrmaKamaruddin | update: 5 Mei 2015 @ 15.30 | 0 comments
Mahasiswa
teknologi pertanian semester 2 ini adalah seorang remaja perempuan yang
bercita-cita ingin menjadi istri seorang
jepang. Hari-harinya sangat disibukkan dengan berbagai aktivitas kampus, nyiramin
bunga di depan rumah, matiin lampu kamar neneknya, jadi blogger yang doyan
nulis aib sendiri, buangin telur matasapi hasil karya neneknya ke kloset
dan aktivitas remaja lainnya.
Semasa kecil ia dikenal sebagai pribadi yang
ceria dan gemar bermain comberan, ketidaksukaannya
dengan segala jenis hewan mulai dari yang berbulu sampai yang gundul, dari yang
bisa bicara seperti burung kakatua sampai yang bisa cebok sendiri,
membuatnya popular dikalangan hewan peliharan di kompleksnya. Seekor anak
kucing yang naas pernah merasakan betapa anarkisnya
kelakuan anak perempuan ini. Suatu ketika seekor anak kucing kampung liar nyasar
di teras rumahnya, bersama sang adik bungsu, mereka dengan gembiranya mengeksploitasi
anak kucing itu habis-habisan, kedua kaki belakangnya diikat tali rapiah, dengan
keadaan ngesot, si kucing diarak keliling halaman rumah sambil ditarik-tarik
bak layangan copot, beruntung si kucing bisa bertahan hidup dari keanarkisan 2
bocah kakak-beradik ini.
Dibalik
keanarkisannya, Irma, begitulah ia
biasanya disapa adalah seorang remaja perempuan baik yang berasal dari keluarga
sederhana dan baik-baik pula, ia terlahir dengan normal diiringi tangisan cadas ala band metal di Dili 19
tahun lalu tepat malam kamis pada 11 Agustus yang kelabu. Ya!... Dili, kota di pesisir utara negara Timor
Leste ini adalah bekas bagian Indonesia dulunya dan pada tahun 2002 Dili pun
menjadi ibu Timor Leste setelah berhasil memerdekakan dirinya. Tahun
lalu, Ketika ia mengikuti pendaftaran online masuk universitas, disediakan
sebuah borang biodata yang wajib diisi lengkap, termasuk tempat lahir. Betapa bangganya
ia ketika menemui bahwa pada borang tempat lahir, Dili masuk kategori Luar
negeri,……ia pun serasa lahir di Jerman.
berstatus
sebagai kakak, anak dan cucu perempuan pertama satu-satunya dari pihak bapak, memudahkan
si perempuan kidal yang mahir menulis dengan tangan kanannya ini menduduki
jabatan stratgis sebagai mayor jendral di keluarganya. Sebagai yang
berkedudukan tertinggi ke-3 di rumah, Irma kecil bertindak sangat dictator, bukan
kepada Jendral yang tidak lain adalah nyokapnya dan letnan jendral sang bokap. Sasaran
kediktatorannya diperuntukkan bagi ke-2 adik laki-lakinya. Menginjak remaja,
Statusnya sebagai Mayor Jendral tidak lagi memberikan pengaruh yang besar
kepada Akbar, semakin tahun semakin besar dan semakin pula Akbar menyadari akan
kediktatoran Irma kecil.
Kehidupannya
pun berubah, irma tidak lagi sediktator dulu, ia dan Akbar kini hidup
berdampingan dengan baik tanpa ada yang seolah-olah menjadi bos kepada satu
sama lain. Di sisi lain, Irma sebagai kakak perempuan dari 2 orang lelaki yang perawakannya
biasa saja cenderung tidak tampan sebut saja Akbar Ananta Timor dan Muhammad
Fajar Ananta Tolis adalah sosok hangat dan partner yang baik dalam urusan menghabiskan
uang sang nenek. Akbar, begitu kiranya ia sering dipanggil, pelajar SMA
tingkat akhir yang berkawat gigi ini adalah adik pertamanya.
Bersama
sang adik pertama, mereka bekerjasama dalam hal meraup keuntungan dari si
bungsu, Fajar. Adik keduanya dan paling bungsu adalah seorang anak lelaki lemah
tak berdaya yang pasrah akan segala tindak KDRT
yang dilakukan oleh ke-2 kakaknya ini.
Pelajar SD kelas 5 yang pernah juara 3 lomba baju muslim ini adalah sosok yang
tukang lapor, cerewet, tukang ngompol, dan paling rakus, tidak heran jika Irma
dan Akbar bertindak dictator kepadanya.
Selain
menjadi kakak dan seorang mayor jendral, Irma tetaplah seorang anak yang harus
menjalani proses pembelajaran di luar rumah, Sekolah misalnya. Ia adalah alumni SD Inpres Hartaco Indah yang
terkemuka di seluruh pelososk kecamatan Tamalate, SD elit yang letaknya
tepat bersebelahan dengan pasar ini adalah SD yang notabene berisi para anak
pengusahan sukses….. di pasar (baca: pedagang di pasar). 6 tahun dihabiskannya
sebagai pelajar SD biasa dan sekaligus anggota geng di sekolah, jabatannya saat
itu sebagai asisten sang ketua geng.
Ia
pun lulusan dari SMPN 03 Makasssar
dan menghabiskan masa SMAnya sebagai pelajar culun yang terobsesi menjadi
gitaris band metal bersama kedua temannya Ika dan Dila,.... Semasa menjalani
hari-hari sebagai pelajar di SMA Negeri
1 Makassar, Irma pernah beberapa kali mengikuti ajang perlombaan tingkat
SMA sederajat seperti, Lomba Cerdas Cermat (LCC) TAP MPR 2012 dan 2013, di
perlombaan ini tiap peserta diwajibkan menguasai UUD NKRI Tahun 1945 dari pasal 1 sampai aturan tambahan beserta
alasan perubahan tiap pasal-paal tersebut. Hebat memang tapi, itu dulu,
dulu sekali, ketika ia masih rajin membaca majalah
bobo. Berkat kerja kerasnya, Irma
dan tim pun berhasil menyabet juara 2 tingkat Provinsi tahun 2013. Ia juga
pernah mengikuti OSN Kimia tahun 2012, ini juga dulu, sudah lama, ketika ia
masih rajin belajar kimia. Lagipula, ia tidak masuk 20 besar ketika OSN Kimia
2012 itu, wajar saja, belasan lembar soal pilihan ganda, isian, hingga essay… ia
hanya mengisi 2 setengah lembar saja, sisanya ia dihabiskan nongkrong di kursi,
goyangin kaki sambil gambar pohon pisang di lembar soal dan nontonin anak-anak
lain pada kerjaiin soal OSN.
Sekarang
ia bersama masa lalunya, kini telah menjadi seorang mahasiswa Teknologi
Pertanian (Tekpert) di Universits Hasanuddin. Ceritanya panjang hingga ia menjadi
seorang mahasiswa Tekpert, sepanjang kumis pak ustaz yang ngajarin ia ngaji. Kalau
ditanya, mau jadi apa ? cita-citanya apa ?apa rencana hidupnya ? dengan panjang
lebar sewaktu SMA, ia akan mulai menceritakan gambaran masa depan idamannya di
hadapan teman-teman sepergaulannya di kelas, seperti ini :
“Kalau nanti lulus SMA, gue mah mau masuk Kedokteran. Mau jadi Dokter spesialis anestesi atau dokter forensic. Seru tuh !! gue bisa ngobok-ngobok mayat,… terus mau tinggal di jepang,nikah sama orang korea yang jago bahasa jepang atau orang jepang yang jago bahasa korea. Kemudian, gue bakal buka salon… nah, elu-elu pada kalau mau ke salon gue, nanti tinggal nunjukin foto SMA bareng gue aja, entar gue gratisin.”
Dengan
songgongnya, ia berkata seperti itu.
Kira-kira
seperti itu redaksi kalimat yang ia ucapkan kepada teman-teman semasa SMAnya
dulu. Tapi, ternyata 1 garis dari plan masa depan yang ia rancang tidak tergaris
dengan nyata, hanya berupa angan-angan saja, karena pada akhirnya ia tidak menjadi
bagian Fakultas Kedokteran. Bersama teman duduk setianya dari kelas 1 hingga 3
SMA sebut saja Ana, mereka sama-sama ingin menjadi seorang dokter. Namun, sayang
Ana melangkah sendiri tanpa kehadiran Irma. Akhirnya setelah pengumuman SNMPTN,
ia mendapatkan hasil yang tidak memuaskan dan tidak sesuai harapan.
Irma
pun mencari keberhasilan melalui SBMPTN. Namun, tetap gagal. Ia kecewa dan
semakin kecewa lah ia ketika mendapati banyak nama teman SMAnya yang tidak
diprediksi lulus SBMPTN di fakultas kedokteran, ternyata mereka lulus dengan
bahagianya. Bahkan ada seorang yang sewaktu SMA menuntut ilmu sebagai pelajar
IPS namun, bisa dengan mudah lulus SBMPTN di fakultas kedokteran. Jelas, mereka
beberapa nama dari anak-anak para suami-istri yang seorang dokter sekaligus
dosen di Universitas Hasanunddin. Itu rahasia
umum !! khalayak tahu, tapi pura-pura nggak tahu, jadilah rahasia umum. Atau kemungkinan kedua adalah mereka cerdas
tapi, semasa SMA pura-pura tidak cerdas. Atau kemungkinan ketiga mereka les
kilat SBMPTN di Israel, sekilat-kilatnya. Atau kemungkinan keempat mereka ke
eyang subur minta jampi-jampi lulus SBMPTN. Ehmmm, … siapa yang tahu…. !!!
Hingga
tiba di mana Irma mulai takut tidak mendapatkan 1 kursi di Universitas
Hasanuddin, melalui jalur mandiri (JNS) ia pun bersama ratusan orang lainnya masih
mencari keberhasilan yang tertunda, menyemangati diri menjadi manusia buangan
SBMPTN yang berani mencoba sekali lagi, sekali ini ia takut gagal. Di suatu
malam, ia membuka notebook hijau kecilnya, menyalakan sinyal internet dan
mencari jurusan apa yang senantiasa mau dengan ikhlas menerima segala
kekurangannya. Jurusan yang tidak membuatnya sia-sia belajar kimia, fisika, biologi
dan matematika IPA sewaktu SMA. Cursornya berhenti pada sebuah nama program
study “Ilmu dan Teknologi Pangan” bermodalkan keyakinan bahwa Prodi ini bukan
IPS, bermodalkan kata “pangan” ia yakin pelajarannya tidak jauh-jauh dari
pelajaran biologi. Maka, walau tidak bisa menjadi ahli rekayasa DNA, ahli rekayasa
pangan pun tak apa. Inilah ia sekarang yang sudah move on dari kedokteran dan
mulai merajut garis-garis masa depan bersam Ilmu dan Teknologi Pangan. Di Prodi
ini, Ia kembali bertemu dengan Kiki, teman semasa SD dan SMAnya, hampir sama
dengan dirinya, kiki pun adalah korban keganasan soal SBMPTN dan kami
bersama-sama terdampar di Prodi ini dengan jalur yang sama, JNS. Merdeka !!
Merdeka !!....
Dari
dulu sejak cita-citanya ingin menjadi ahli obok-obok mayat sampai saat ini yang
masih bingung mau jadi apa ia memiliki banyak hoby, hobynya kebanyakan jenis
hoby musiman. Tiap ada yang ngetren, pasti langsung ganti hoby. Sejak SD Irma
gemar sekali main badminton, tiada hari tanpa memegang raket, dari pagi pukul
pagi, sampai lupa mandi, lupa makan, lupa bayar gorengan di kantin sekolah, lupa
dia itu perempuan atau laki-laki. Kegemarannya bermain badminton diawali ketika
ia duduk di keals 5 SD, ia menyaksikan ajang Thomas cup yang disiarkan secara
langsung oleh Trans7, saat itu Lee Cong Wei si pahlawan badminton negeri jiran
berlaga bersama seorang jerman. Sejak itulah ia suka dan mau jadi atlet
badminton. Ketika duduk di kelas 1 SMP, ia mengajukan keinginannya masuk PB (persatuan
bulutangkis) kepada sang nyokap dan diiyakan. Hampir genap 2 tahun Irma
menghabiskan 3 harinya dalam seminggu bermain badminton di PB Mutiara GOR
Mattoangin Makassar, hingga suatu ketika ia dengan paksaan sang nyokap
mengundurkan diri dari PB Mutiara dengan alasan 3 bulan lagi UN SMP
dilaksanakan. Irma juga adalah seorang Blogger pasif yang aktif (Labil), sejak
2009 Irma sudah membuat blog pribadinya melalui blogspot.com hingga saat
autobigrafi ajaib ini ia posting di blog.
Postingan
pertamanya adalah kumpulan foto anak perempuan kecil ingusan yang berpose bak
model sampul buku ternak ayam. Kalau blogger lain biasanya bikin blog untuk
menulis kisah pribadi atau cerita fiksi namun, sebagai blogger pasif yang
cenderung aktif, ia lebih suka ngutak-atik code html Template blognya. Bisa seharian
penuh ia habiskan hanya untuk mengubah betuk, warna, gambar dari sidebar
blognya. Karena letih dengan hobby yang memang melelahkan itu, ia pun kembali
menjadi blogger yang sesungguhnya, menulis di blog. Mengumpulkan barang bekas
lalu ditempelkan di dinding kamarnya adalah satu lagi hobby ajaibnya.
Kertas bekas, pita, merek baju, kepala Barbie dan yang bekas-bekas lainnya
dikumpulkan dan ditempel manja di dinding kamarnya. Merdeka!! Merdeka!!.
Masih
sama dengan remaja lainnya, ia juga suka menghabiskan waktu sambil nonton film
bajakan yang didapatkan dengan harga murah dari mba gendut yang entah siapa
namanya di Mall GTC Makassar. Ia adalah tipe penonton film yang tukang milih
dan banyak maunya, film bergendre horror, thriller, dan science fiction adalah 3
dari gendre film yang paling sering ia nonton. Tapi, di luar dugaan, film
favoritnya adalah “As One” Film bergendre
drama yang sedikit ada unsure nasionalismenya. As One bertemakan olahraga tenis
meja yang menceritakan para atlet tenis
meja korea selatan yang disatukan menjadi 1 tim bersama atlet tenis meja korea
utara, ada ketidakcocokan antara kedua kubu yang dijadikan satu tim ini,
berlatarbelakang dari 2 negara yang berbeda nasibnya dan harus menjadi 1 tim
pada 1 kesempatan tanpa menghiraukan ketidakcocokan satu sama lain pemain dan
satu sama lain negara adalah sajian yang menguras emosi para penonton. Kerenlah,……
Seperti
itulah cerita singkat yang tertulis panjang tentang remaja perempuan ini, tiap
kisahnyanya adalah tiap geraknya, karena tuntutan hidup yang terus bergerak, ia
pun ikut bergerak mengimbangi pergerakan hidup yang cepat, semakin cepat dan
menutup tiap menitnya.
Malam Blogger, Mari
tiudrrr !!