Kisah Perempuan Dandelion

IrmaKamaruddin | update: 3 Agu 2015 @ 14.36 | 0 comments

Malam ini, malam seribu bintang. Langit bertabur cahaya namun, tak ada bintang seterang matanya. Kau tahu, jika kau diberi waktu sekadar melirik, ku pastikan kau meremang menyaksikan mata itu.



hanya sebuah mata, hanya sebuah nanar, dan hanya sebuah tatapan. Kau tahu, mengapa aku merasa tak ada mata seindah mata itu ?? karena, aku pernah mendengar kisahnya, kisah yang membuat ku menemukan keindahan di balik tatapan nanar di bola mata itu.

lebih setahun lalu. Kuberi ia nama bunga dandelion. Tangkainya sangant kokoh tapi, sayang bunga-bunga itu terlalu rapuh untuk melepas pautannya. Indah dan rapuh.

kau jika seorang lekaki, tak akan menolak keindahannya, kau jika seorang wanita tak akan menolak ketidakindahan mu. Ia sangatlah indah, seindah kesedihan yang ia patri dalam hidupnya.

Bak pandir yang diam seribu kata, aku hanya tergemap mendengar repih demi repih yang ia rangkai, sebuah julukan tentang kehidupan yang tak hidup. Inilah dia, perempuan dengan kisahnya. Kisah yang dipenuhi semilir angin malam dan tetes air mata.

Tak ada penghayatan dalam setiap hembus napasnya, hanya mengalir mengikuti tiap pergerakan aliran kehidupan, tanpa mau tahu sakit setiap sandungan yang ia lewati, tanpa mau tahu di mana ia akan tersangkut, tanpa mau tahu di mana ia hanyut. Wajahnya penuh polesan warna, bibir mekar semakin memerah bersama isakannya, mata itu semakin nanar dan indah.

Kemudian, aku tahu, ia tak sehina pakaiaannya, ia tak sehina sebatang rokok yang bertengger manis di bibirnya, ia tak sehina kedipan matanya. Kehinaannya adalah sebuah kisah, kisah yang tak ia rangkai begitu saja. kisah ini adalah bagian dari pedihnya kehidupan yang ia hidupi, tentang pemberontakan, kekecewaan, kesepian, penyesalan, ketidakbahagiaan dan ribuan kata getir lainnya.

Aku gontai menapak tiap langkah ku, memikirkan kisahnya, kehidupannya. Tentang semua kehinaan dan ketegaran itu. Hanya sampah masyarakat, hanya penyakit social, hanya duri-duri kehidupan, mungkin itu yang kusebut dulu, sebelum ku dengar kisah yang menguras hati ini.

Namun, inilah kenyataan. Fakta yang tak lebih indah dari dunia malamnya. Fakta yang meremukkan semua tulang berterbalut kulit dan terlihat tak mau lagi bersahabat . Ia pun gontai menjalin kehidupannya.

Ingin lepas namun, terikat kuat. Ingin terbang namun, tak bersayap. Ingin mematikan namun, bertuhan. Ia hina dalam paksaan batin. Itulah dia, ku beri nama perempuan dandelion.

← Older / Scroll Back Up

Copyright © Irmak 2009 - . All rights reserved.