“Menurut
loh, boker itu apa ?? penting nggak sih” Tanya ika, serius.
“Loh
mau yang ilmiah, atau menurut penelitian gue ??” Jawab gue, lebih serius.
“terserah
loh aja..” Kata Ika, sambil muncrat ke muka gue.
“Eloh,
dengar baik-baik ni yah, karena gue nggak ngulang lagi....”Jawab gue sambil
melet-melet, agar terkesan misterius.
Boker adalah hal alamiah
yang dilakukan manusia. Bersyukurlah kita sebagai manusia bisa boker. Bayangkan
saja kalau manusia cuma bisa memasukkan makanan ke tubuhnya, tapi nggak bisa
mengeluarkannya. Berarti nyawa manusia ditentukan seberapa banyak dan seringnya
ia mengkonsusi makanan. Semakin banyak makanan yang ia konsumsi, semakin besar
pula resiko mati disebabkan perut yang meledak.
Yang paling parah, kalau Tuhan menciptakan kita dengan
lubang pantat. Tapi, nggak tahu bagaimana cara menggunakannya. Bersyukurlah
juga, Tuhan menciptakan manusia dengan nalurinya untuk boker. Jadi, kita nggak perlu susah-susah berfikir
apa itu lubang pantat ?? dan bagaimana cara memanfaatkannya??.
Seandainya beberapa tahun
kedepan spesies manusia mengalami evolusi lebih cepat dari apa yang di
ramalkan, karena pengaruh radikal bebas yang semakin meraja lela (apa hubungannya lubang pantat dan
radikal bebas ??). Dan, yang lebih dulu berevolusi pada manusia adalah
hilangnya lubang pantat.
Gue pastiin, gue bakal milih jadi gembel dari pada orang
tajir. Setidaknya kalau gue jadi gembel, jumlah makanan yang masuk ke tubuh gue
nggak banyak-banyak amat. Jadi, resiko mati karena ledakan perut bisa gue minimalisir.
Gue bakal sumbangin semua harta gue, termasuk koleksi kaset bajakan gue ke pak
sukri (petugas ke amanan di SMA Negeri 1
Makassar).
Ika, iya, panggil saja dia Ika.
Perempuan berkawat betis di giginya ini, sangat fanatik dengan apapun mengenai
boker. Bahkan ia mengoleksi kotorannya sendiri yang telah diawetkan. Sangat
menyukai bau-bau busuk. Sungguh sahabat yang unik. I love her.
“Kenapa harus pak sukri ???”. Tanya ika.
“Menurut gue, dia orang yang tepat...”Jawab gue.
“Tapi Kenapa....??”Tanya Ika lagi,
Penasaran.
“Karena, pak sukri berkumis
dan nggak terlalu tinggi.”
Jawab gue serius. Ika garuk-garuk kepala, Nggak nyambung
“Ssttsssss....... Ssttssssss”. Bu Masniari (guru kimia)
menegur, merasa terganggu dengan pembicaraan Gue dan Ika. Seisi mushollah
sekolah pun menengok ke arah kami. Lho ? lho ? ada apa ini ?. Suara gue
kegedean kali.
Gubrakkkk... Gue dan Ika
kaget. Ica, teman sekelas gue mengghampiri dan duduk di samping kami. Ica mengelus-elus perutnya sambil
memukul-mukul pelan.
Ini nih si Ica. Wanita
perkasa. Sang penguasa WC Mushollah. Guru terbaik, dalam dunia boker – bokeran.
“Kenapa Ca ? ”. Tanya Ika.
“Habis boker.”
“Och, Gue
juga.” Balas ika, santai.
“Irma juga habis boker
yahh ??”. Tanya Ica, ke gue.
“Ah ah, Gue ?? Nggak. Cuma
nemenin Ika doang.”
Boker adalah hal yang biasa di sekolah gue. Dalam sehari,
setidaknya 78% siswa selalu melakukan ritual boker di waktu yang berbeda. Wc
mushollah selalu dijadikan tempat nongkrong para Bokers (pecinta boker). Entah
mengapa ?? Mungkin ada sensasi berbeda yang dirasakan para bokers di Wc
musholla. Salah satu alasan Wc mushollah jadi tempat favorit para bokers adalah
lokasinya yang strategis alias jauh dari pusat sekolah.
Hari itu, gue baru saja
nemenin Ika boker di Wc mushollah sekolah (INGGAT gue nggak masuk ke dalam
Wcnya lho, di luarnya doang). Sahabat gue yang satu ini adalah salah satu dari
bokers. Setidaknya 2 kali seminggu ia rutin Boker di sekolah.
Saat itu entah mengapa
tiba-tiba gue bertanya sama Ica tentang hal yang nggak penting untuk di tahu orang lain. Tapi, menurut gue,
pertanyaan ini sangat penting buat gue. “Ca,
seminggu loh boker brapa kali di sekolah ??” Tanya gue, sangat sangat
penasaran.
Saat
itu entah mengapa tiba-tiba gue bertanya sama Ica tentang hal yang nggak
penting untuk di tahu orang lain. Tapi,
menurut gue, pertanyaan ini sangat penting buat gue.
“Ca, seminggu loh boker
brapa kali di sekolah ??” Tanya gue, sangat sangat
penasaran.
“hampir tiap hari sihhh...” Jawab Ica, santai
banget.
“MANTAP!! Kok Lancar sih” Kata gue, sambil menodorkan jempol tangan ke jidatnya
Ica.
“Emang
boker elu nggak lancar ??”. Balas Ica.
“Yapss, Irma jarang boker.” Jawab ika, ngelambung
gue.
Buset dahh Ika, Mulutnya. Well to the well. Dari kecil
gue emang susah boker alias buang hajat. Sebenarnya gue nggak pernah masalah
sama boker gue yang jarang nongol ini, setidaknya nggak menggangu rutinitas
gue. Tapi, yang masalah itu Nyokap. Kata Nyokap, Di perut gue bakal penuh
cacing, terus cacingnya bakal makan semua organ tubuh gue. Nyokap juga nambahin
kalau kamu jarang boker, Isi perut kamu bakal longsor. Fatwah ini nggak pernah
gue lupa, dan berhasil ngebuat gue takut semasa kecil.
Belakangan ini gue baru mikirin fatwah Nyokap,
1) masalah cacing di perut
gue, mungkin iya ada. Tapi, nggak mungkin menuhin perut gue. Dokter pernah bilang gue punya kadar asam lambung yang
paling asam dibandingkan manusia pada umumnya. Hal itu tentunya bukan habitat
yang baik untuk koloni cacing. Ataukah mungkin cacing-cacing dalam perut gue
sejenis mutan ? sehingga mampu beradaptasi dengan baik. Entahlah !!.
2) Bagaimana bisa cacing
yang gue pelihara di perut memakan semua organ tubuh gue, kalau memang benar.
Udah lama dong gue mati. Kenapa nggak dari dulu cacing-cacing itu menggerogoti
Jantung, paru-paru, empedu, dan organ
tubuh gue yang lain.
3) Isi perut gue bakal
longsor. Apa maksudnya ini. Apakah Nyokap mencoba melecehkan gue dengan
kata-kata itu. Omong kosong. Bagaimana caranya perut gue longsor ?? Apakah
karena perut gue penuh dengan kotoran, sehingga ada bagian yang di mana kotoran
itu memiliki struktur yang lebih lembek dibandingkan kotoran di bagian perut
gue yang lain, sehingga memicu terjadinya longsor. Hal hasil perut gue
buncitnya nggak merata, Karena kotoran di perut kanan longsor, jadi perut gue
buncit di sebelah kiri. Apakah hipotesa ini benar ??? Omong kosong. Nyokap
terlalu berlebihan.
Fatwah itu emang berhasil
buat gue takut. Tapi, tetap aja nggak ngebuat boker gue nongol dengan teratur.
Seribu macam cara Nyokap lakuin supaya boker gue lancar. Mulai dari beli
berbagai macam jenis buah-buahan, yang ujung-ujungnya nggak gue makan, malah
membusuk dan jadi sarang belatung karena kelamaan di atas meja.
Sampai-sampai nyokap pernah negukin gue obat diare. katanya
sih supaya perut gue mules, terus boker gue nongol. Dan itu berhasil ngebuat
boker gue nongol, walaupun bentuk boker gue nggak menyerupai kotoran manusia
dan Lebih menyerupai muntah kucing. Setelah 3 hari, treatment obat diarepun
dihentikan setelah kejadian gue kejang-kejang usai mengkonsumsi obat diare
terkutuk itu. Akhirnya, boker gue kembali membatu.
Pembicaraan kami di teras mushollah sekolah pun semakin
berlanjut ke arah yang lebih brutal. Ica menambahkan opininya dalam pembicaraan
kami. Katanya, lancar tidaknya seseorang boker di sebabkan kualitas lubang
pantatnya. Gue dan ika bingung, mata kami bertemu dan saling mengerutkan dahi,
kebingungan mendengar ucapan Ica. Apa
maksudnya Kualitas lubang pantat ??
Ica melanjutkan, bahwa semakin besar lubang pantat seseorang
semakin sering pula orang itu boker. Mengingat kemampuan boker gue untuk keluar
sangat jarang. Gue pun menyimpulkan lubang pantat gue termasuk kecil dan hal
itu berbanding terbalik dengan lubang mulut gue yang besar. Seandainya saja gue
bisa minta Tuhan menukar posis lubang – lubang itu, betapa senangnya gue.
Karena nggak mau mati dengan keadaan boker yang membatu di
perut, gue mendengarkan dengan saksama petuah-petuah Ica yang terkenal dengan
kemampuannya boker tiap hari di Wc
mushollah.
“Lo,
harus rajin-rajin melatih otot pantat lo”. Kata Ica, mantap.
Kemudian Ica bangkit dan mengubah posisi duduknya. Sambil
jongkok dan meletakkan kedua tangannya di atas pundak, ia lalu mengeluarkan
suara aneh
“Arghh...Ehmkkk...Arghh.....Ahmkk”. Raut wajahnya sedikit demi sedikit
berubah menjadi merah, urat-urat di sekitar mata dan jidat jenongnya terlihat
jelas, wajahnya nampak 3x lebih kenjang dari sebelumnya, terlihat Ica sedang
ngeden. Beberapa menit gue dan Ika bengong ngelihat tingkahnya Ica.
“Lo
ngapain.”Tanya gue, keheranan.
Ica lalu kembali ke posisi awalnya. Senyum lebar menghiasi
wajah kecilnya, “Itu tadi contoh melatih otot pantat” Ucap Ica.
“Yakin Lo” Tanya Ika, lebih
penasaran.
“Iya...” Jawab Ica, mantap banget.
Setiba
di rumah, gue langsung mempraktekan apa yang Ica ajarkan ke gue. Kata ica,
melatih otot pantat sangat baik dilakukan saat hasrat unutk boker lagi nggak
ada. Jadi, saat ngeden dilakukan, si boker nggak langsung muncrat keluar. Hal
terpenting dalam ngeden ini adalah lakukan dengan kekuatan yang semaxsimal
mungkin dan sesering mungkin di manapun kamu berada.
Hampir tiap hari gue
melakukan kegiatan ngeden. Nggak di rumah, di sekolah, di atas motor pun gue
lakukan. Hari demi hari gue lalui dengan ngeden di setiap kesempatan. Hasilnya,
boker gue lumayan lancar. Setelah gue naik kelas 3 SMA, gue mulai meninggalkan
kebiasaan ngeden itu. Kesibukan menghadapi UN ngebuat gue lupa melakukan
ngeden. Boker gue kembali jarang nongol sampai detik ini.
Kalau
dipikir-pikir beberapa bulan dengan kebiasaan ngeden, sempat beberapa kali
ngebuat perut gue sakit. Hal ini baru gue sadari, kebiasaan ngeden yang tidak
pada tempatnya hanya dapat menimbulkan masalah baru untuk perut gue.
Sebenarnya, banyak hal
lain yang lebih bermanfaat bisa gue lakukan untuk masalah boker yang jarang
nongol ini, seperti : Minum jus, makan buah-buahan, dan rutin mengkonsumsi air
putih setiap mau tidur maupun bangun pagi.
Walaupun jarang melakukan
hal-hal bermanfaat itu, setidaknya gue nggak lagi ngeden asal-asalan yang
mungkin saja bisa berakibat fatal unutk perut gue. Masalah boker yang malas
nongol, mungkin sudah jadi takdir Tuhan untuk gue.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks...>>>>>>